Artikel,
Artikel - FOB,
Edukasi,
Ketika mendengar istilah sosialis, tentunya akan identik dengan kata sosial yang cenderung mengarah ke hal-hal yang berbau kemasyarakatan, gotong royong, dan kerja sama. Jadi, sosialis ini merupakan salah satu ideologi dalam suatu sistem ekonomi. Dalam sistem ekonomi sosialis memang cenderung identik ke hal-hal yang positif karena memihak kepada rakyat.
Namun demikian, ideologi sosialis ini tetap saja memiliki dampak negatif yang justru menjauhi tujuan awalnya, yaitu untuk menyamaratakan status sosial masyarakat. Mengapa demikian?
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai apa itu sistem ekonomi sosialis beserta kelebihan dan kekurangannya.
Sistem ekonomi sosialis dapat dibilang menjadi kebalikan dari kapitalis. Jika di kapitalis pemerintah tidak dapat ikut campur, maka keterbalikan dengan sosialis. Jadi, sistem ekonomi sosialis adalah sistem ekonomi yang pelaksanaannya diatur langsung oleh pemerintah. Dalam sistem ini pemerintah bertanggung jawab atas kegiatan perekonomian sepenuhnya.
Sistem ekonomi sosialis ini disebut juga dengan sistem ekonomi terpusat karena memang diatur langsung oleh pemerintah pusat. Jadi pemerintah tidak hanya menjadi fasilitator, tetapi juga akan mengatur dengan kebijakan ekonomi.
Selain itu, sistem ekonomi sosialis menerapkan asas kepemilikan bersama.
Sistem ekonomi sosialis muncul pada abad ke-19. Ketika itu, sistem ekonomi sosialis muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem kapitalisme yang ada di Eropa. Ketika itu, para kaum borjuis dinilai terlalu menguasai negara sehingga mampu mengatur ekonomi, politik, dan sosial untuk tujuan mereka sendiri.
Kehadiran kapitalisme yang awalnya ingin melepaskan diri dari dominasi gereja semakin lama justru menghasilkan eksploitasi terhadap kaum buruh. Ketika itu, munculnya revolusi industri justru membuat kaum borjuis makin kaya dan buruh makin miskin. Hal itu lantas membuat para buruh melawan sistem kapitalisme.
Kemudian muncullah tokoh yang bernama Karl Marx yang vokal mengkritik kapitalisme karena tidak sesuai sesuai dengan prinsip kemasyarakatan. Berawal dari kritik itu, munculah pemikiran yang dianggap lebih berprinsip kemasyarakatan, yaitu sistem sosialis.
Pemikiran dari Karl Marx mengatakan bahwa hak perseorangan harus dihapuskan agar tidak memunculkan golongan si kaya dan si miskin. Kemudian, alat produksi juga harus diatur oleh negara agar seseorang tidak terlalu semena-mena mengeksploitasi kaum buruh.
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat diketahui untuk mengidentifikasi sistem ekonomi sosialis. Di antaranya adalah:
Sesuai dengan definisinya secara umum, pada ekonomi sosialis, pemerintah mengatur pergerakan ekonomi sepenuhnya. Jadi mereka tidak hanya sebagai pengawas, tetapi juga pemangku kebijakan.
Selain mengatur segala macam kebijakan, pemerintah juga berkuasa dalam hal menentukan aktivitas perekonomian yang terjadi di pasar.
Hak kepemilikan bersama ini maksudnya adalah seluruh alat produksi sifatnya milik bersama, tetapi memang pemerintah yang berhak untuk mengatur segala kegiatannya.
Karena segalanya diatur oleh pemerintah, maka tidak akan ada persaingan-persaingan yang terlalu bebas antar satu bisnis dengan bisnis lainnya.
Karena diatur oleh pemerintah pusat, masyarakat hanya tinggal menjalankan sehingga tidak ada kesenjangan yang terjadi di masyarakat.
Lagi-lagi karena faktor pemerintah, jumlah produksi juga tidak akan sebanyak negara kapitalis karena pemerintah berpotensi untuk membatasi jumlah produksi demi kesejahteraan masyarakat.
Terdapat beberapa kelebihan dalam penerapan sistem ekonomi sosialis, di antaranya adalah:
Hal ini menjadi salah satu kelebihan dari sistem ekonomi sosialis. Karena segalanya dipusatkan di satu tempat, maka ada kemungkinan fasilitas-fasilitas yang diberikan juga akan lebih merata ke seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial.
Sesuai dengan tujuan awalnya, sistem ekonomi ingin menghilangkan eksploitasi terhadap kaum buruh. Hal itu dapat terjadi karena pelaku bisnis tidak akan semena-mena karena ada batasan yang telah diatur oleh pemerintah.
Seperti diketahui, kesenjangan sosial terjadi karena kejayaan pemilik modal besar yang menyebabkan adanya status sosial si kaya dan si miskin. Sedangkan di sistem sosialis yang diatur oleh negara, hal itu dapat dihapuskan karena adanya pemerataan.
Ketika terjadi inflasi alias kenaikan harga barang secara merata, pemerintah yang punya kuasa untuk mengatur dapat dengan mudah untuk mengatur kebijakan-kebijakan yang menghindarkan inflasi.
Karena kontrol dari pemerintah yang ketat, eksploitasi sumber daya alam kemungkinan kecil akan terjadi karena pelaku bisnis tidak seenaknya sendiri mengolah SDA.
Meski memiliki banyak kelebihan, tetapi ekonomi sosialis juga tetap memiliki kelemahan, seperti:
Persaingan pasar tidak terjadi karena masyarakat tidak mempunyai jiwa persaingan.
Karena sudah terbiasa dengan aturan dari pemerintah, masyarakat cenderung akan merasa nyaman dengan apa yang sudah ada dan tidak ada pendorong untuk berinovasi dalam menggerakan roda ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dapat berjalan lambat karena pemerintah menjadi satu-satunya yang menjadi pelaku pasar.
Berpotensi terjadinya pemerintah diktator karena mereka menjadi satu-satunya pemilik kekuasaan di negara. Hal itu dapat terjadi apabila ada penyalahgunaan kekuasaan di dalam suatu negara.
Baca juga: Sistem Ekonomi Kapitalis: Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh
Berbeda dengan kapitalisme yang banyak dianut di negara-negara maju, sistem ekonomi sosialisme ini cenderung sedikit penganutnya, di antaranya adalah:
Korea Utara yang memiliki ideologi komunis memiliki sistem perekonomian sosialis. Dimana pemerintah Korea Utara berperan penuh dan memiliki kekuasaan untuk mengatur negaranya sendiri.
Dapat dilihat juga bahwa dampak negatif dari sistem perekonomian sosialis dirasakan Korea Utara, yaitu misalnya adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak mengalami perkembangan dan juga masyarakatnya yang sangat mengagung-agungkan pemerintahnya.
China sebagai salah satu negara adidaya juga pernah menerapkan sistem perekonomian sosialis. Hal itu dapat dilihat bahwa segala kebijakan ekonomi diatur oleh pemerintah.
Berbeda dengan Korea Utara, China cenderung menjadi salah satu negara penganut sistem perekonomian sosialis yang sukses. Dapat dilihat bahwa mereka tetap mampu bersaing di dunia dengan hasil produksi mereka sendiri.
Namun demikian, kini China mulai terbuka dan melakukan perubahan dalam sistem ekonominya. Kini, sistem ekonomi China cenderung mengarah ke liberal setelah pemerintah mereka juga mulai melakukan beberapa penyesuaian kebijakan.
Adapun saat ini perusahaan di China tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga ada yang dari pihak swasta. Persentase antara keduanya disebut 70 persen BUMN dan 30 persen swasta
Kuba juga menjadi salah satu negara yang menganut sistem perekonomian sosialis. Hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri yang dimiliki oleh negara Kuba dimana pemerintah mengontrol segala macam aktivitas ekonomi.
Kuba lebih mirip ke Korea Utara karena cenderung tertutup dari negara lain terkait dengan penanaman modal atau investasi. Kendati demikian, perekonomian di Kuba cenderung berkembang karena kebijakan ekonomi mereka yang terencana.
Oleh karena itu, memahami ekonomi sosialis semakin penting di dunia modern. Program Studi Perbankan dan Keuangan di Sampoerna University membantu mahasiswa memahami bagaimana lembaga keuangan berfungsi dalam kerangka ekonomi sosialis dan mempersiapkan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengelolaan keuangan dan ekonomi negara.
Untuk membangun fondasi yang kuat untuk memahami dan menanggapi dinamika ekonomi sosialis secara profesional dan efisien, bergabunglah bersama Sampoerna University.
Informasi lebih lanjut seputar registrasi akademik, fasilitas, biaya kuliah dan beasiswa silakan klik pada tautan yang dilampirkan.
Belajar Dengan Pendidikan Berstandar Amerika Sepenuhnya Di Indonesia Bersama Sampoerna University.
Referensi
Gramedia