Artikel,
Tahukah kamu ternyata banyak startup atau perusahaan rintisan yang tidak berkembang? Jika kamu tidak ingin startup kamu mengalami hal yang serupa, kamu perlu tahu mengenai metode lean startup. Metode ini bisa meminimalisir gagal berkembang sebuah perusahaan rintisan.
Mungkin kamu sudah sering mendengar banyaknya anak muda dengan ide keren yang akhirnya mendapatkan program inkubasi. Ada banyak sekali anak-anak muda dengan ide yang luar biasa seperti ini. Sayangnya, hanya berapa persen saja yang ide tersebut bisa diaplikasikan. Ada juga yang perusahaannya sudah berdiri tapi gagal berkembang.
Metode lean startup yang bisa dipakai sebagai penolong. Metode ini didesain agar seseorang yang penuh ambisi seperti kamu bisa mendapatkan ide unik mendirikan startup serta memastikan ide tersebut bisa diaplikasikan. Sehingga perusahaan rintisan kamu semakin hari semakin berkembang.
Untuk mempelajari metode ini, di Sampoerna University ada fakultas Bisnis yang memiliki beberapa program studi seperti Kewirausahaan, Digital Marketing, dan lainnya. Program akademik dalam Fakultas Bisnis dirancang untuk memenuhi kurangnya talenta bangsa dalam sektor bisnis dan memastikan bahwa semua mahasiswa kami sanggup bersaing untuk pekerjaan di dalam maupun luar negeri.
Dari penjelasan singkat di paragraf sebelumnya, bisa diambil kesimpulan sementara bahwa lean startup adalah metode yang digunakan untuk menggali ide dan memastikan ide tersebut bisa diwujudkan menjadi sebuah bisnis yang terus berkembang. Lalu, apakah selama ini ada yang salah dengan para pendiri startup yang katanya sebagian besar tidak mampu berkembang?
Banyak yang menganggap perusahaan rintisan yang gagal berkembang itu disebabkan tidak adanya pemodal yang mau memberikan suntikan dana. Itu bisa saja benar. Namun, mereka tidak mau mencari alasan mengapa tidak banyak investor yang mau mendanai startup tersebut. Apakah kamu tahu jawabannya?
Ide mungkin sangat unik dan luar biasa. Namun, tidak semua ide usaha itu diterima oleh masyarakat. Sebaik dan sekeren apapun sebuah ide usaha, itu tidak ada gunanya ketika tidak sesuai dengan pasar.
Inilah yang menjadi alasan kenapa investor sekarang ini tidak mau gegabah untuk membiayai sebuah perusahaan rintisan. Mereka ingin tahu apakah sebuah startup benar-benar bisa diterima oleh pasar atau tidak. Baru kemudian investor berani berinvestasi ketika peluang diterimanya sebuah startup itu tinggi. Di sinilah pentingnya penerapan metode the lean startup.
Agar lebih mudah untuk dipahami, kamu perlu tahu bedanya metode ini dengan metode traditional startup. Metode kuno lebih fokus untuk mempekerjakan orang-orang profesional yang sudah berpengalaman di bidang masing-masing. Dengan harapan, pengalaman mereka tersebut digunakan untuk membuat startup baru.
Sayangnya, pengalaman mereka tidak selalu berjalan sesuai dengan perubahan yang ada. Padahal, perubahan di masyarakat itu sangat dinamis. Pengalaman 5 tahun atau bahkan 1 tahun lalu mungkin sudah tidak lagi tepat untuk diterapkan saat ini.
Di sinilah yang menjadi pembeda antara traditional startup dengan lean startup. Metode yang terbaru ini lebih menitikberatkan pada feedback dari calon konsumen. Apa pun produk atau layanan yang ditawarkan oleh startup harus diuji dengan cara meminta feedback dari pelanggan. Produk atau layanan tersebut bisa saja belum sempurna. Ada prototipe yang diberikan kepada calon pelanggan sehingga pendiri startup tahu apakah pelanggan senang atau tidak.
Jadi, jelas kan bedanya traditional startup dengan lean startup?
Inti dari metode ini adalah agar kamu dan juga pendiri startup lainnya tidak membuang waktu. Kebanyakan pendiri startup merasa idenya luar biasa dan pasti diterima oleh masyarakat. Faktanya, tidak semua ide itu diterima. Jadi, berhentilah membuang waktu. Jadi, tujuan utama dari lean startup yaitu agar kamu tidak perlu membuang waktu untuk hal yang akhirnya tidak ada gunanya.
Lalu, bagaimana cara menerapkan metode yang satu ini? Berikut ini beberapa fase yang harus kamu lalui:
Di tahap ini, kamu dan tim harus membangun sebuah produk atau layanan sederhana. Ini yang kemudian lebih dikenal dengan istilah MVP atau Minimum Viable Product. Inilah yang nantinya akan ditawarkan ke calon konsumen untuk diuji.
MVP sudah siap? Jika sudah, silakan minta masyarakat untuk mencobanya. Usahakan orang-orang yang dipilih untuk mencoba adalah calon konsumen. Mintalah feedback dari mereka. Feedback itulah yang nantinya kamu gunakan untuk mengembangkan, merevisi, atau menambahkan sesuatu ke dalam produk sehingga menjadi lebih sempurna.
Dari fase measure, kamu dan tim harus menganalisis mana hal yang harus dilakukan. Apakah produk sesuai dengan kebutuhan masyarakat? Manakah yang dihilangkan atau ditambahkan? Inilah dasar bagi perusahaan dalam menyempurnakan produk sehingga produk benar-benar bisa di launching ke pasar, bukan lagi MVP melainkan produk yang sudah matang.
Itulah 3 fase yang harus kamu lalui ketika kamu ingin menerapkan metode lean startup. Bukan hal yang rumit, bukan?
Mungkin kamu sampai saat ini masih ragu apakah kamu bisa menerapkan metode ini atau tidak. Sebenarnya, memahami lean startup akan lebih mudah ketika kamu tahu prinsip utamanya. Dengan cara ini, kamu pun akan semakin yakin bahwa kamu bisa melewati fase demi fase dengan sangat tepat.
Prinsip utama dari metode lean startup adalah applicable. Apa maksudnya? Ide bisnis yang dibuat harus dipastikan bisa diaplikasikan. Ide harus bagus dan kreatif tapi juga harus bisa diaplikasikan di masyarakat. Pangsa pasar juga harus dipastikan akan menerima produk atau layanan yang dihasilkan dari ide tersebut.
Di fase build, kamu hanya membuat MVP atau yang juga disebut dengan prototipe. Ketika prototipe tersebut diluncurkan, maka akan ada feedback dari masyarakat. Feedback itulah yang dijadikan acuan untuk berinovasi. Bahkan, ketika produk (bukan MVP) diluncurkan, selalu ada inovasi yang lagi-lagi berdasarkan feedback dari pelanggan.
Apa tujuan utama dari inovasi tiada henti? Tujuan utamanya tentu saja menciptakan produk yang terbaik. Yaitu produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Semoga informasi tersebut bisa membuatmu semakin yakin pentingnya menerapkan lean startup. Setelah tahu dan terapkan metode ini, kamu tidak perlu lagi takut gagal dalam membuat startup. Ketika memulai, kamu pun lebih mudah untuk meyakinkan investor menaruh uang mereka untuk berinvestasi di perusahaanmu.
Nah, kalau ingin memperdalam lagi mengenai lean startup ini, kamu bisa belajar di Fakultas Bisnis Sampoerna University. Di Fakultas Bisnis Sampoerna University dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan individu yang cakap dan terlatih untuk mengisi lapangan pekerjaan di sektor manajemen bisnis, perbankan dan jasa keuangan di Indonesia.
Dan yang spesial, mahasiswa di Fakultas Bisnis memiliki kesempatan belajar yang unik di luar negeri melalui kerja sama kami dengan universitas-universitas di Amerika Serikat. Mereka dapat memilih untuk belajar di luar negeri dan mendapatkan nilai yang bisa langsung masuk ke dalam SKS mereka di Sampoerna University.
Jika kamu ada pertanyaan lebih lanjut, yuk isi form dibawah ini dan tim admisi kami akan segera membantu kamu.
[formidable id=8]