Artikel,
Pernahkah teman-teman berfikir untuk apa kita menjalani hidup di dunia ini? Mengapa setiap perbuatan yang kita lakukan harus bernilai dan sesuai dengan hati? Mengapa ada keterkaitan antara kesejahteraan mental atau emosional dengan kesejahteraan fisik. Pada artikel ini kita akan mempelajari lebih dalam tentang definisi dan filosofi di balik makna Ikigai.
Ikigai (生き甲斐) adalah konsep Jepang yang menggabungkan istilah iki, yang berarti “hidup” atau “kehidupan”, dan gai, yang berarti “manfaat” atau “nilai”. Ikigai adalah memahami nilai atau tujuan hidup dalam menghadapi kehidupan.
Konsep Ikigai telah berkembang dari prinsip dasar kesehatan dan kebugaran dari pengobatan tradisional Jepang. Tradisi medis ini menyatakan bahwa kesejahteraan fisik dipengaruhi oleh kesehatan mental-emosional dan tujuan hidup seseorang.
Psikolog Jepang Michiko Kumano (2017) mengatakan bahwa Ikigai adalah keadaan sejahtera yang muncul dari pengabdian pada aktivitas yang dinikmati, yang juga membawa rasa kepuasan.
Michiko lebih lanjut membedakan Ikigai dari kesenangan sementara (hedonia, dalam pengertian Yunani kuno) dan menyelaraskan dengan eudaimonia (pengertian Yunani kuno tentang kehidupan yang dijalani dengan baik) yang mengarah pada bentuk kebahagiaan tertinggi dan abadi.
Ikigai juga meresonansi dengan penekanan Terapi Perilaku Kognitif pada mengejar kegiatan yang menghasilkan kenikmatan dan rasa memiliki kemampuan, khususnya sebagai cara untuk meringankan gangguan depresi.
Ken Mogi, seorang ahli saraf dan penulis Awakening Your Ikigai (2018, p. 3), mengatakan bahwa Ikigai adalah konsep kuno dan akrab bagi orang Jepang, yang dapat diterjemahkan secara sederhana sebagai “alasan untuk bangun di pagi hari” atau, lebih puitis, “bangun dengan sukacita.”
Setiap orang memiliki Ikigai, yaitu titik temu antara hasrat, bakat, dan potensi mereka untuk memberi manfaat bagi orang lain. Perjalanan menemukan Ikigai pada seseorang mungkin membutuhkan waktu, refleksi diri yang mendalam, dan usaha,dan itu adalah salah satu yang bisa kita semua lakukan.
Baca juga : Competitive Advantage: Keunggulan Bersaing Suatu Bangsa
Konsep Ikigai sebagai tujuan hidup dengan dimensi pribadi dan sosial ditangkap oleh diagram Ikigai yang terkenal. Diagram ini seperti elemen-elemen yang mencakup bidang yang saling tumpang tindih yang meliputi:
Apa yang kamu suka
Apa yang bisa dilakukan dengan baik?
Apa yang dibutuhkan dunia dan sekitarmu?
Apa yang kamu lakukan dengan kemampuan layak dibayar?
Lingkup ini mencakup apa yang kita lakukan atau alami yang memberi kita paling banyak kegembiraan dalam hidup dan membuat kita merasa paling hidup dan terpenuhi. Apa yang kita sukai dalam pengertian ini seperti berlayar, menulis puisi, panjat tebing, bernyanyi dalam band rock, membaca novel sejarah, menghabiskan waktu luang bersama teman, dll.
Yang terpenting adalah kita membiarkan diri kita berpikir secara mendalam tentang apa yang kita cintai, tanpa mempedulikan apakah kita ahli dalam hal itu, apakah dunia membutuhkannya, atau apakah kita bisa dibayar untuk melakukannya.
Lingkup ini mencakup apa pun kemampuan atau keterampilan yang sangat dikuasai, seperti keterampilan yang telah kita pelajari, hobi yang ditekuni, bakat yang telah ditunjukkan sejak usia dini, dll. Keahlian yang mendominasi misalnya, bermain piano , berempati, berbicara di depan umum, olahraga, operasi otak, atau melukis potret.
Lingkup ini mencakup bakat atau kemampuan, apakah kita bersemangat atau tidak, apakah dunia membutuhkannya, atau jika kita dapat dibayar untuk itu.
“Dunia” di sini mungkin adalah umat manusia secara keseluruhan, komunitas kecil yang berhubungan dengan kita, atau apa pun di antaranya. Apa yang dibutuhkan dunia mungkin didasarkan pada kesan atau kebutuhan kita yang diungkapkan oleh orang lain. Kebutuhan dunia mungkin termasuk air bersih, pemanas rumah, volunteer pada organisasi non profit tertentu, atau pelatihan kenegaraan seperti latihan militer dan lain-lain.
Domain ini menghubungkan paling eksplisit dengan orang lain dan mendahulukan berbuat baik untuk orang lain daripada kebutuhannya sendiri.
Dimensi diagram ini juga mengacu pada dunia atau masyarakat pada umumnya, karena melibatkan apa yang orang lain bersedia bayar atau “apa yang akan ditanggung pasar.” misalnya kita bersemangat menulis puisi atau sangat pandai panjat tebing, tetapi ini tidak berarti kita dapat dibayar untuk itu.
Apakah kita dapat dibayar untuk minat atau bakat tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan ekonomi dan minat/bakat yang diminati, dll.
Buku ini mengisahkan inspiratif si penulis, Ken Mogi yakni seorang brain scientist yang menunjukkan miracle of Ikigai dalam hidup setiap insan. Salah satu yang menarik adalah cerita Jiro Ono (91 tahun), seorang Chef bintang-tiga-Michelin paling tua di dunia yang masih hidup.
Ternyata Jiro Ono memiliki Ikigai yang membuatnya tak pernah bosan melakukan hal yang sama dan detail setiap hari. Dia menemukan Ikigai dari senyuman pelanggannya, penghargaan-penghargaan yang diperoleh, atau dari hawa sejuk kala fajar, saat dia bangun, dan bersiap-siap pergi ke pasar ikan.
Di antara segudang rutinitas, waktu yang berjalan semakin cepat, seseorang akan cukup kesulitan menemukan tujuan hidup dan kebahagiaannya. Ikigai adalah ilmu penting yang diterapkan masyarakat Jepang dalam situasi yang serba cepat dan semrawut untuk mencapai tujuan hidup dan kebahagiaan. Nah, buku ini mengupas semua rahasia tentang Ikigai ini.
Demikian penjelasan tentang Ikigai. Apapun rintangan dan masalah yang kita sedang hadapi. Dengan konsep tersebut kita dapat terus bergerak maju menghargai setiap perjalanan yang ada di dalamnya. Ingin bersekolah dengan metode pengajaran yang asik dengan kurikulum internasional? Kamu dapat mengunjungi situs disini.
Source:
Positivepsychology.com – Ikigai